TIMES KALTIM, SAMARINDA – Pilkada, sebagai salah satu momen penting dalam demokrasi, sering kali menjadi sorotan utama media. Namun, cara pemberitaan mengenai pilkada tidak lepas dari praktik framing yang dapat mempengaruhi persepsi publik. Dalam konteks ini, literasi media menjadi kunci untuk memahami dan menanggapi informasi yang disajikan.
Framing dalam pemberitaan pilkada merujuk pada cara media menyajikan berita dengan fokus tertentu, yang dapat membentuk cara pandang masyarakat terhadap kandidat, isu, dan proses pemilihan.
Misalnya, jika media lebih banyak menyoroti kontroversi dari pada program dan visi calon, maka masyarakat cenderung menganggap calon tersebut negatif. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemahaman literasi media bagi publik.
Literasi media adalah kemampuan individu untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media dalam berbagai bentuk. Dalam konteks pilkada, literasi media membantu masyarakat dalam membedakan Sumber Informasi.
Dengan meningkatnya jumlah informasi yang beredar menjelang pilkada serentak, masyarakat perlu mampu membedakan mana berita yang kredibel dan mana yang tidak. Sumber berita yang baik akan memberikan informasi yang seimbang dan faktual.
Masyarakat harus dapat mengenali bagaimana framing mempengaruhi narasi berita. Misalnya, apakah berita tersebut lebih condong pada satu kandidat atau menyajikan perspektif yang seimbang?.
Literasi media mendorong masyarakat untuk berpikir kritis terhadap informasi yang diterima. Ini termasuk mempertanyakan motivasi di balik pemberitaan dan dampaknya terhadap opini publik.
Tantangan terbesar dalam meningkatkan literasi media adalah kurangnya pendidikan tentang pentingnya analisis kritis terhadap informasi. Banyak orang masih menerima berita begitu saja tanpa mempertanyakan keakuratan atau tujuan di baliknya. Oleh karena itu, perlu adanya program pendidikan literasi media di lingkungan sekolah-sekolah dan komunitas.
Namun, ada peluang besar untuk memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan literasi media. Platform digital menyediakan akses ke berbagai sumber informasi dan memungkinkan diskusi yang lebih luas mengenai isu-isu pilkada. Dengan memanfaatkan teknologi ini secara bijak, masyarakat dapat lebih terlibat dalam proses demokrasi.
Framing pemberitaan pilkada adalah fenomena yang tidak bisa diabaikan dalam era informasi saat ini. Dengan meningkatkan literasi media, masyarakat dapat menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas dan kritis. Ini bukan hanya akan memperkuat proses demokrasi tetapi juga menciptakan ruang bagi dialog yang lebih konstruktif di tengah perbedaan pendapat.
***
*) Oleh : Johantan Alfando Wikandana Sucipta, M.I.Kom., Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |